Berita
08 May 2023 10:41:24
Admin
Desa Golokan, Sidayu, Gresik, yang cerah pagi itu terasa berbeda. Samar-samar lantunan ayat al-Quran terdengar timbul-tenggelam diterpa angin. Tapi masyarakat itu tidak heran, karena mereka sudah terbiasa mendengar aktivitas pagi yang rutin muncul dari tengah desa itu. Setiap pukul 07.00, dari sebuah Sekolah Luar Biasa Muhammadiyah, suara itu mengalun.
Dari sisi historis, SLB Muhammadiyah Golokan ini memang cukup legendaris, karena sudah berdiri sejak 1987. Pada saat itu, sekolah ini hanya menampung 5 siswa yang masih pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Atas inisiatif Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) setempat, Lembaga Pendidikan ini akhirnya baru diresmikan 3 tahun berikutnya oleh Lukman Harun dari PP Muhammadiyah. Dalam perhelatan akbar itu jumlah siswa yang ditampung di SLB ini sudah meningkat menjadi 10 orang. Selama 15 tahun sekolah ini dinakhodai Innik Hikmatin, MPd. Ia sekaligus sebagai pendirinya, bersama aktivis Muhammadiyah setempat. Banyak liku kegigihan yang harus dialami Innik dalam mengerakkan sekolah bagi generasi bangsa kurang beruntung karena cacat ini. Dan, dalam perjalannya, Innik harus berpindah dari sekolah itu karena tugas negara menjadi kepala sekolah di SDN Sidayu, Gresik. Tongkat estafet berpindah kepada Herni Supriati SPd, pada 2002. Tak kalah gesit dengan Innik, Herni berhasil mengembangkan SLB ini sehingga menjadi salah satu kebanggaan Muhammadiyah.
Di tangan Herni, SLB terus merias diri. Dan kini, secara perlahan tapi pasti, SLB Muhammadiyah Golokan benar-benar semakin cantik. Sekolah yang awalnya hanya dihuni para murid tingkat SD, lalu menjadi lebih lengkap dengan berdirinya TK, SD, SMP hingga SMA. “Dan kini sekolah ini semakin dikenal di luar, bahkan sampai ke kabupaten-kabupaten lain. Terbukti siswanya banyak juga yang dari kabupaten lain, seperti Lamongan,” tutur Herni. Lebih dari itu, kini sekolah itu benar-benar menjadi idola. Sekarang saja sekolah itu sudah memiliki 48 siswa dengan klasifikasi siswa yang tertata rapi. Di tingkat TK sudah ada 17 siswa, tingkat SD ada 24 siswa, SMP ada 3 siswa dan SMA ada 4 siswa. Bahkan, belakangan ada lulusannya yang sudah menikah, sesama tunagrahita.
Para siswa di sekolah ini, semua terdiri dari jenis luar biasa yang meliputi tunarungu, tunanetra, tunagrahita dan jenis autis. Dengan beragam jenis tuna ini, kepala sekolah berinisiatif untuk mengklasifikasi kurikulum keahliannya pada program khusus (progsus). “Meski kurikulumnya sama dengan sekolah biasa, kami tetap saja menyediakan kurikulum tambahan program khusus,” tutur kepala sekolah. Klasifikasi kurikulum dalam progsus, tambah Herni, ditentukan sesuai jenis tunanya. Pada tunanetra disisipkan kurikulum orientasi mobilitas, tunarungu disisipkan bina persepsi bunyi dan irama (BPBI), dan tunagrahita dengan kemampuan merawat diri (KMD). “Pada kurikulum KMD ini kami mengajarkan siswa tunagrahita untuk hidup bersih. Seperti bagaimana memasang softex pada saat haid dan lainnya,” jelasnya. Di sekolah ini para siswa dididik untuk membiasakan diri belajar dan beribadah. Hal itu dibuktikan dengan diadakannya pembacaan ayat suci al-Quran setiap hari sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. “Pembacaan ayat suci ini merupakan do’a bagi mereka atas anugerah yang diberikan oleh Allah swt,” tutur Herni sambil menghela nafas.
Meski guratan suka-duka menjadi pendidik di sekolah ini selalu melintas di benak para guru, tapi mereka tetap sabar dan tahan uji. Sebab, mereka sadar bahwa perilaku anak luar biasa ini sangat beragam. Tidak seperti anak normal pada umumnya, yang diperingatkan saja sudah mengerti. Perilaku siswa luar biasa sangat istimewa. Bahkan, tidak jarang siswa tiba-tiba menggampar tanpa sebab, buang air besar tanpa koordinasi, dan meludah sembarang tempat. “Suatu ketika, ada salah satu siswa, Koko namanya (siswa kelas I SD) meludahi punggung saya. Memang harus sabar mengajar di sekolah luar biasa ini. Siswa harus dipahami dengan kasih sayang,” tutur Wahib, seorang guru yang menjadi ‘korban’. Meski punya perilaku yang beda dengan anak pada umumnya, siswa di sekolah ini juga tidak kalah energik dengan siswa normal di sekolah lain dalam menempa ilmu dan berkreasi. Sebab, sekolah ini juga menyediakan banyak kegiatan dengan beragam keterampilan di luar kurikulum progsus. Hal itu terbukti dengan penerapan berbagai ketrampilan tata boga, menjahit, border dan lain sebagainya untuk tingkat SMP dan SMA. Potensi yang dimiliki siswa luar biasa ini mulai tampak. Pada 2003 lalu misalnya, salah satu siswa tunagrahita menjadi juara II lari 100 meter putra tingkat Jatim. Selain itu, ada siswa tunanetra yang meraih juara I tingkat Kabupaten Gresik. “Juara olah raga ini diperoleh karena kerajinan mereka dalam mengikuti pelajaran olah raga dan kurikulum pengembangan diri yang diselenggarakan Kamis pagi,” ungkap kepala sekolah.
Pemberian motivasi dan sarana keahlian ini juga tidak hanya diberikan pada para siswa saja. Para guru juga diberi motivasi untuk mempersiapkan diri menjadi tenaga pengajar luar biasa yang profesional. “Setiap satu bulan sekali kami mengadakan pembinaan guru untuk menunjang dan memotivasi agar menjadi lebih profesional,” katanya. Pola sistem perekrutan siswa SLB Muhammadiyah Golokan ini tentu tidak sama dengan yang diterapkan di sekolah-sekolah normal. Dewan guru membuat agenda rekrutmen sebagai pijakan awal mengidentifikasi siswa akan masuk pada jenis tunanya. Dengan bermodal fotocopy akte kelahiran, data hasil tes kesehatan dan psikologi, serta uang Rp 30.000, para orang tua sudah bisa mendaftarkan anaknya, dan mendapat fasilitas kalender, formulir serta buku panduan. Strategi rekrutmen ini diharapkan dapat menjaring murid dengan tepat sasaran. Selanjutnya, saat tes masuk, sekolah melakukan seleksi siswa melalui kelas observasi selama satu bulan sampai dua bulan untuk calon siswa SD, kemudian juga menerapkan tes IQ dan tes psikologi. Hal itu dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa dan jenis tunanya untuk dikelompokkan sesuai tingkatannya.
Sejauh ini upaya yang dilakukan itu sudah menuai hasil. Dibandingkan dengan data 2007, tahun 2008 ini jumlah siswa mengalami peningkatan lebih dari 10 %. Tahun 2007 ada 43 siswa, maka sekarang sudah 48 siswa. Di tahun 2008 ini, SLB Muhammadiyah Golokan terus berbenah. Hal itu terbukti dengan adanya progsus bagi siswa autis, jenis anak abnormal mirip hiperaktif. “Kami sudah mempunyai 3 siswa autis, dan untuk selanjutnya kami akan mempersiapkan instruktur khusus. Sebab, anak autis tidak bisa ditangani bersama anak lain. Mereka harus ditangani secara eksklusif. Satu siswa, satu guru,” pungkas Herni.
08 Mei 2023
Admin
Managed By ABK Istimewa
@2022 - 2024